Gerakan Kecil dengan Dampak Besar Aktivitas utama Putrasabar adalah mengedukasi dan memfasilitasi warga untuk membuat lubang resapan biopori. Lubang biopori, dengan diameter sekitar 10-20 cm dan kedalaman 80-100 cm, berfungsi sebagai saluran air hujan agar dapat meresap langsung ke dalam tanah, sekaligus menyediakan ruang bagi organisme tanah untuk hidup. Dengan begitu, biopori tidak hanya membantu mengisi kembali cadangan air tanah, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah. “Pembuatannya relatif mudah dan tidak memerlukan biaya besar. Cukup dengan bor biopori atau linggis dan pipa paralon bekas,” jelas Ibu Ani, relawan Putrasabar yang aktif memberikan pelatihan kepada ibu-ibu PKK. Selain untuk biopori, Putrasabar juga melayani pembuatan sumur resapan. Sumur resapan biasanya memiliki ukuran lebih besar, mampu menampung volume air yang lebih banyak, dan sangat efektif untuk area yang lebih luas seperti fasilitas umum atau perkantoran. Dampak dari gerakan ini mulai terasa. Di beberapa lokasi yang telah gencar dibangun resapan, genangan air saat hujan deras berkurang signifikan. “Dulu kalau hujan deras, jalan depan rumah kami tergenang air setinggi mata kaki. Sekarang, paling hanya sebentar, airnya langsung meresap,” cerita Bapak Budi, warga Kalasan yang baru saja membuat tiga lubang biopori di halaman rumahnya. Tak hanya itu, laporan dari warga juga menunjukkan bahwa debit air sumur di musim kemarau tidak lagi surut separah sebelumnya, memberikan harapan akan keberlanjutan pasokan air bersih. Tantangan dan Harapan ke Depan Meskipun menunjukkan dampak positif, Putrasabar tidak lepas dari tantangan. Kurangnya kesadaran sebagian masyarakat, keterbatasan sumber daya, dan kebutuhan akan dukungan pemerintah daerah menjadi beberapa hambatan. “Edukasi harus terus dilakukan, karena masih banyak yang belum memahami pentingnya resapan ini. Kami berharap pemerintah bisa lebih aktif dalam mendukung gerakan semacam ini, misalnya dengan memberikan insentif atau penyuluhan massal,” tambah Bapak Putra. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat sipil menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim. Inisiatif Putrasabar membuktikan bahwa dari langkah kecil di tingkat komunitas, perubahan besar dapat diwujudkan. Mereka bukan hanya membangun lubang di tanah, melainkan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga bumi demi generasi mendatang. Semangat gotong royong dan kesabaran komunitas Putrasabar di Jogja ini layak menjadi contoh bagi daerah lain untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan lingkungan.